KOMUNIKASI
Pengertian komunikasi secara umum dapat dilihat dari dilihat dua segi, yaitu : 
1.Pengertian Komunikasi Secara Etimologis 
Secara etimologis (asal katanya), komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu 
communication, bersumber dari kata communis yang berarti sama, dalam hal ini berarti 
membuat kebersamaan makna dalam suatu hal antara dua orang atau lebih.
Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat dalam 
proses komunikasi itu terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang 
dikomunikasikan. Jelasnya jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan 
orang lain kepadanya, maka komunikasi sudah berlangsung. Namun jika seseorang tidak 
mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka hal tersebut 
bukanlah suatu komunikasi. 
2. Pengertian Komunikasi Secara Terminologis 
Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh 
seseorang kepada orang lain. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa komunikasi 
melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan seseuatu kepada orang lain.  
Onong Uchyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, mengatakan 
komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh 
komunikator kepada komunikan. Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang 
mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (human communication) bahwa 
komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang 
mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia (2) 
melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) 
serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu (Cangara, 2002 : 19).
Banyak sekali definisi komunikasi yang berbeda-beda yang disampaikan oleh para 
ahli komunikasi. Menurut Anderson (1959) komunikasi adalah suatu proses dengan mana 
kita bisa  memahami dan dipahami oleh orang lain. Komunikasi merupakan suatu proses 
yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku. Sementara 
Berelson dan Steiner (1964) mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian informasi, 
gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol, seperti katakata, gambar-gambar, angka-angka, dan lain-lain. Miller (1996) mengatakan bahwa 
komunikasi pada dasarnya adalah penyampaian yang disengaja dari sumber terhadap 
penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku pihak penerima (Purba dkk, 2006 : 
32-33).
Suatu proses komunikasi tidak hanya berupa memberitahukan dan mendengarkan 
saja, namun didalam suatu proses komunikasi harus mengandung pembagian ide, pikiran, 
fakta, ataupun pendapat dari satu orang kepada orang lain. 
Dari definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian komunikasi 
adalah seni menyampaikan informasi (pesan, ide, sikap, gagasan) dari komunikator untuk 
merubah serta membentuk perilaku komunikan (pola, sikap, pandangan dan 
pemahamannya) ke pola dan pemahaman yang dikehendaki komunikator. 
Wilbur Schramm mengatakan dalam karyanya “Communication Research in the 
United States” bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh 
komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah 
diperoleh komunikan (Effendy, 2005 : 13).
Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif 
dapat dijelaskan dengan menjawab pertanyaan dari paradigma Lasswell yang 
dikemukanan oleh Harold D.Lasswell, yaitu :  Who Says What In Which Channel To 
Whom With What Effect? Paradigma Lasswell ini menunjukkan bahwa ada lima unsur 
dasar dalam komunikasi, yakni :
1. Who (Siapa) : Komunikator, orang yang menyampaikan pesan. 
2. Says What (Mengatakan Apa) : Pesan, pernyataan yang diukung oleh lambang, 
dapat berupa ide atau gagasan.
3. In Which Channel (Saluran) : Media, sarana atau saluran yang mendukung pesan 
bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.
4. To Whom (Kepada Siapa) : Komunikan, orang menerima pesan. 
5. With What Effect (Dampak) : Efek, dampak sebagai pengaruh dari pesan atau 
dapat juga dikatakan sebagai hasil dari proses komunikasi. 
Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut dapat dikaji model komunikasi yaitu : 
Sender :  Komunikator (pengirim informasi) yang menyampaikan pesan kepada 
seseorang atau sejumlah orang. 
Sender Message Media Receiver Effect
FeedbackMessage : Pesan yang merupakan seperangkat lambang yang bermakna yang 
disampaikan oleh komunikator.
Media : Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada 
komunikan. 
Receiver :  Komunikan (orang) yang menerima pesan dari komunikator. 
Effect :  Perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh 
komunikan sebelum dan sesudah menerima pesan. 
Feedback :  Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau 
disampaikan kepada komunikator. 
Fungsi komunikasi adalah : 
a.Menyampaikan informasi (to inform).
b.Mendidik (to educate).
c.Menghibur (to entertain).
d.Mempengaruhi (to influence).
Tujuan komunikasi adalah : 
a.Mengubah sikap (to change the attitude).
b.Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion).
c.Mengubah perilaku (to change the behavior).
d. Mengubah masyarakat/perubahan sosial (to change the society).II.1.2 Komunikasi Massa
II.1.2.1 Pengertian Komunikasi Massa
Pengertian komunikasi massa, merujuk pada pendapat Tan dan Wright, merupakan 
bentuk komunkasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan 
komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang 
jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu (Ardianto, 2004 : 3).
Menurut Bittner, komunikasi massa adalah penyampaian pesan, informasi, gagasan 
dan sikap kepada komunikan yang beragam  dalam jumlah yang banyak dengan 
menggunakan media massa. Dari definisi tersebut jelaslah bahwa komunikasi massa 
harus menggunakan media massa, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada 
khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri olah ribuan 
bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukanlah 
komunikasi massa. 
Ahli komunikasi lainnya, Joseph A.Devito merumuskan komunikasi massa adalah 
komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ia 
juga mengatakan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh 
pemancar-pemancar yang audio atau visual (Effendy, 2000 : 21).
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah penyebaran pesan dengan 
menggunakan media modern yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah 
orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan, misalnya pembaca surat kabar, 
pendengar radio, penonton televisi dan film. Mempelajari komunikasi massa tidak ada 
gunanya tanpa mengkaitkan peran medianya, bahkan bisa dikatakan media massa menjadi 
alat utama dalam proses komunikasi massa. II.1.2.2 Ciri-Ciri Komunikasi Massa
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat kita simpulkan beberapa karakteristik 
dari komunikasi massa, yaitu : 
1. Komunikasi massa bersifat satu arah
Komunikasi massa bersifat satu arah, artinya setiap pesan yang disampaikan oleh 
komunikator tidak diketahui apakah pesan itu dapat diterima dan dimengerti dengan baik 
oleh komunikan atau tidak. Dalam komunikasi massa, komunikator tidak tahu sama 
sekali apakah komunikasinya berhasil atau gagal. Umpan balik terhadap pesan yang 
disampaikan itu tidak langsung saat ia berkomunikasi, akan tetapi jauh sesudah pesan itu 
disampaikan (sifatnya tertunda/delayed feedback). Artinya, komunikan tidak dapat secara 
langsung memberikan umpan balik atas pesan yang disampaikan oleh komunikator. 
2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga
Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orangorang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam 
sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai sebuah sistem. Di dalam 
komunikasi massa, yang namanya komunikator itu lembaga media massa itu sendiri. 
Dalam sebuah sistem ada interdependensi, artinya adanya interaksi, saling keterkaitan dan 
saling ketergantungan antara komponen-komponen didalamnya. Jadi apabila ada satu 
komponen yang tidak bekerja akan mempengaruhi kinerja komponen yang lainnya. 
3. Pesan pada komunikasi massa bersifat massa
Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk 
semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Dengan kata 
lain, pesan-pesannya ditujukan pada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan-pesan 
yang disampaikanpun tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini artinya pesan itu memang tidak disengaja untuk golongan tertentu. Misalnya, televisi. Karena televisi 
ditujukan dan untuk dinikmati oleh orang banyak, maka pesannya harus bersifat umum. 
Misalnya dalam pilihan kata-katanya, sebisa mungkin memakai kata-kata popular bukan 
kata-kata ilmiah. Sebab kata ilmiah itu hanya dapat dimengerti oleh kelompok tertentu. 
4.  Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan  
Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah 
jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak 
terbatas. Dalam komunikasi massa, komunikasi yang banyak itu secara serempak pada 
waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. Effendy mengartikan
keserempakan media massa itu ialah keserempakan kontak dengan sejumlah besar 
penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama 
lainnya berada dalam keadaan terpisah. 
5. Komunikan komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen
Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), 
karena komunikasinya menggunakan media massa dan tidak tatap muka. Dalam 
komunikasi massa, komunikannya juga heterogen karena terdiri dari berbagai lapisan 
masyarakat yang berbeda. Baik dari segi usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, tingkat 
ekonomi dan lain-lain. 
6. Stimuli alat indera “terbatas”
Karakteristik komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu 
kelemahannya adalah stimuli alat indera yang terbatas. Pada komunikasi antar pribadi 
yang bersifat tatap muka., maka seluruh alat indera pelaku komunikasi (komunikator dan 
komunikan) dapat digunakan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat, 
mendengar secara langsung, bahkan mungkin merasa. Dalam komunikasi massa, stimuli 
alat indera bergantung pada jenis media massanya. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat, pada media televisi dan film, kita menggunakan indera 
penglihatan dan pendengaran, sedangkan pada media radio kita menggunakan indera 
pendengaran.  
7. Umpan balik pada komunikasi massa tertunda (delayed)
Ciri ini berhubungan dengan ciri komunikasi massa yang bersifat satu arah. Umpan 
balik (feedback) merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apa pun. Pada 
komunikasi massa, umpan baliknya  bersifat tertunda (delayed), artinya komunikan tidak 
dapat secara langsung memberikan respon terhadap pesan yang telah diterimanya dari 
komunikator (media).
II.1.2.3 Fungsi Komunikasi Massa
Wilbur Schramm menyatakan komunikasi massa berfungsi sebagai  decoder, 
interpreter dan  encoder. Komunikasi massa men-decode lingkungan sekitar untuk kita, 
mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya, mengawasi terjadinya persetujuan dan juga 
efek-efek dari hiburan. Komunikasi massa menginterpretasikan hal-hal yang di  decode
sehingga dapat mengambil kebijakan terhadap efek, menjaga berlangsungnya interaksi 
serta membantu anggota-anggota masyarakat menikmati kehidupan. Komunikasi massa 
juga meng-encode pesan-pesan yang yang memelihara hubungan kita dengan masyarakat 
lain serta menyampaikan kebudayaan baru kepada anggota-anggota masyarakat. 
Pendapat Schramm pada dasarnya tidak berbeda dengan pendapat Harold 
D.Lasswell yang menyebutkan fungsi-fungsi komunikasi massa sebagai berikut : 
a. Surveillance of the environment
Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan, yang oleh Schramm disebut sebagai 
decoder yang menjalankan fungsi The Watcher.b. Correlation of the parts of society in responding to the environment
Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan 
lingkungan. Schramm menamakan fungsi ini sebagai interpreter yang melakukan fungsi 
The Forum. 
c. Transmission of the social heritage from one generation to the next
Fungsinya penerusan atau pewarisan sosial dari satu generasi ke generasi 
selanjutnya. Schramm menamakan fungsi ini sebagai encoder yang menjalankan fungsi 
The Teacher. 
Lasswell tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai fungsi-fungsi yang ia 
kemukakan itu, sehingga terbuka kesempatan terhadap berbagai spekulasi dan penafsiran. 
Seorang ahli sosiologi, Charles R.Wright, menambahkan fungsi keempat, yaitu 
entertainment dan ia memberikan penjelasan keempat fungsi tersebut sebagai berikut : 
a. Surveillance 
Menunjuk pada fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadiankejadian dalam lingkungan, baik di luar maupun di dalam masyarakat. Fungsi ini 
berhubungan dengan apa yang disebut Handling of News. 
b. Correlation
Meliputi fungsi interpretasi pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku 
tertentu dalam mereaksi kejadian-kejadian. Untuk sebagian, fungsi ini diidentifikasikan 
sebagai fungsi editorial atau propaganda. 
c. Transmission
Menunjuk pada fungsi mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai dan norma-norma 
sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lain atau dari anggota-anggota suatu masyarakat kepada pendatang baru. Fungsi ini diidentifikasikan  sebagai fungsi 
pendidikan. 
d. Entertainment 
Menunjuk pada kegiatan-kegiatan komunikatif yang dimaksudkan untuk 
memberikan hiburan tanpa mengharapkan efek-efek tertentu (Wiryanto, 2000 : 10-12).
II.1.2.4 Umpan Balik Komunikasi Massa
Dalam proses komunikasi massa dikenal istilah  feedback atau umpan balik yaitu 
reaksi (tanggapan) yang diberikan oleh penerima pesan atau komunikan kepada 
penyampai pesan atau komunikator/sumber. Selain itu, umpan balik juga dapat berupa 
reaksi yang timbul dari pesan kepada komunikator (Ardianto, 2004 : 45-47). 
a. Internal Feedback
Internal feedback adalah umpan balik yang diterima oleh komunikator bukan dari 
komunikan, akan tetapi datang dari pesan itu atau dari komunikator itu sendiri. Ketika 
menyampaikan pesan, komunikator menyadari telah melakukan  kesalahan/kekhilafan, 
kemudian ia meminta maaf dan memperbaiki kesalahan tersebut.  
b. Eksternal Feedback
External feedback adalah umpan balik yang diterima oleh komunikator dari 
komunikan. External feedback ini sifatnya bisa langsung dan bisa juga tidak. 
1.Umpan balik langsung
Umpan balik yang sifatnya langsung yaitu reaksi yang dapat segera ditangkap oleh 
komunikator, misalnya anggukan kepala pertanda komunikan mengerti atau setuju 
terhadap pesan yang diterimanya atau komunikan menggelengkan kepala yang mengandung arti bahwa pesan yang diterimanya tidak dimengerti atau dipahami 
oleh komunikan. 
2.Umpan balik tertunda 
Umpan balik yang sifatnya tidak langsung (delayed feedback) adalah umpan balik 
yang datang kepada komunikator (sumber) setelah melewati suatu rentang waktu 
(selang waktu), contohnya rubrik “Surat Pembaca” pada surat kabar dan sejenisnya. 
c. Representative Feedback
Sesuai dengan karakteristik komunikasi massa yang komunikannya bersifat 
heterogen, maka tidak mudah untuk mengukur umpan balik yang dari semua komunikan. 
Karena itu umpan balik yang datang biasanya merupakan representative (wakil) sampel, 
sehingga walaupun yang ditanggapi hanya satu atau dua komunikan, namun hal tersebut 
sudah dianggap dapat mewakili sejumlah komunikan yang lainnya. 
d. Cumulative Feedback
Cumulative feedback adalah umpan balik yang datang kepada komunikator 
dihimpun dahulu dan tidak segera diubah dalam pesan berikutnya, karena komunikator 
harus mempertimbangkannya dahulu untuk dapat membuat kebijaksanaan selanjutnya. 
e. Quantitative Feedback
Quantitative feedback adalah umpan balik yang datang pada umumnya diukur 
dengan jumlahnya (kuantitas).
f. Institutionalized Feedback
Institutionalized Feedback adalah umpan balik yang terlembagakan, artinya umpan 
balik yang diupayakan oleh lembaga, yang dilakukan dengan cara mendatangi langsung 
khalayak untuk mengumpulkan pendapatnya, kemudian dianalisis oleh lembaga tersebut. II.1.2.5 Efek Pesan Media Massa
1. Efek Kognitif 
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya 
informatif bagi dirinya. Efek kognitif ini membahas tentang bagaimana media massa 
dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan 
mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa, kita memperoleh 
informasi tentang benda, orang, atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara 
langsung. 
2. Efek Afektif 
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa 
bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak 
diharapkan dapat turut merasakan perasaaan senang, marah, sedih dan sebagainya. 
Misalnya dengan melihat situs  dpreview.com akan timbul perasaan senang melihat 
tampilan kamera DSLR.
3. Efek Behavioral 
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk 
perilaku, tindakan atau kegiatan. Dewasa ini, media massa telah melakukan sesuatu yang 
bermanfaat bagi khalayak. Contohnya adalah berbagai jenis buku, majalah ataupun surat 
kabar yang telah membahas berbagai macam keterampilan. Dengan demikian, media 
massa tersebut dapat dijadikan atau digunakan sebagai media pendidikan (Ardianto, 2004 
: 52-56).II.2 Teori Minat Beli
Seorang komunikator akan dapat melakukan perubahan sikap dan tingkah laku 
komunikan apabila antara mereka merasa adanya persamaan. Oleh karena itu seorang 
komunikator harus dapat membangkitkan perhatian komunikan sehingga diantara mereka 
timbul persamaan makna akan suatu hal yang akan menjadi langkah awal suksesnya 
komunikasi. Apabila perhatian telah dibangkitkan, maka selanjutnya diikuti dengan upaya 
menumbuhkan minat. Minat sifatnya sangat pribadi (personal). Minat merupakan 
keinginan yang kuat, gairah, kecenderungan hati yang sangat kuat terhadap sesuatu.  
Menurut A.W.Wijaya (1993 : 45), secara teori minat mempunyai ciri-ciri sebagai 
berikut : 
a. Minat tidak dibawa sejak lahir.
b. Minat dapat berubah-ubah (sifatnya situasional dan temporal).
c. Minat tidak berdiri sendiri, senantiasa mengandung reaksi dengan stimulus 
maupun objek. 
d. Objek minat dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan 
kumpulan dari hal-hal tertentu tersebut.
II.3 Teori AIDDA
Teori AIDDA disebut  A-A Procedure atau  From Attention to Action Procedure, 
yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm. Teori AIDDA dalam Effendy (2003 : 304) 
merupakan akronim dari : 
A : Attention (Perhatian)
I : Interest (Minat/Ketertarikan)
D : Desire (Hasrat/Keinginan)D : Decision (Keputusan)
A : Action (Tindakan)
Formula AIDDA dirumuskan untuk memudahkan mengarahkan suatu tujuan 
komunikasi yang dilakukan. Konsep AIDDA menjelaskan suatu proses psikologis yang 
terjadi pada diri khalayak (komunikan) dalam menerima pesan komunikasi.
Tahapan di atas mengandung pengertian bahwa setiap proses komunikasi (baik 
komunikasi tatap muka maupun komunikasi massa) hendaknya dimulai dengan 
membangkitkan perhatian. Dalam hal ini, sebuah pesan komunikasi harus dapat 
menimbulkan daya tarik tersendiri sehingga dapat memancing perhatian komunikannya.
Dalam membangkitkan perhatian yang berperan penting adalah komunikatornya. 
Dalam hal ini komunikator harus mampu menimbulkan suatu daya tarik pada dirinya 
(source attractiveness) yang selanjutnya dapat memancing perhatian komunikan terhadap 
pesan komunikasi yang disampaikannya. Namun yang harus diperhatikan juga bahwa 
dalam membangkitkan perhatian khalayak harus dihindari munculnya suatu himbauan 
yang negatif.
Dimulainya proses komunikasi dengan membangkitkan perhatian (attention) 
komunikan merupakan awal suksesnya komunikasi tersebut. Apabila perhatian 
komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat 
(interest) yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah 
kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat/keinginan 
(desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Hanya 
hasrat/keinginan saja pada diri komunikan tidaklah cukup bagi komunikator, sebab harus 
dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decision), yakni keputusan untuk melakukan 
tindakan (action) seperti yang diharapkan komunikator.Dalam hal ini yang menjadi komunikator yaitu iklan konten situs dpreview.com dan 
yang menjadi komunikan adalah mahasiswa yang khusus mengkonsumsi situs ini. Sebuah 
iklan harus mampu membangkitkan perhatian pembacanya dalam hal ini  situs 
dpreview.com harus mampu membangkitkan perhatian pembaca baik dari  tipe kamera, 
sehingga akan muncul minat dalam diri khalayak untuk mengetahui lebih jauh lagi 
tentang  kamera DSLR. Selanjutnya minat akan melahirkan rasa ingin/hasrat untuk 
melakukan seperti yang disampaikan oleh iklan kamera DSLR dalam situs dpreview.com. 
II.4 Internet
II.4.1 Pengertian Internet
Dalam sejarah perkembangan teknologi media, internet adalah sebuah medium 
terpenting yang ditemukan manusia pada abad 20. internet merupakan jaringan dari 
ribuan jaringan komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia. Misi awalnya 
adalah menyediakan sarana bagi para peneliti untuk mengakses data dari sejumlah 
sumber daya perangkat keras komputer yang mahal. Namun sekarang internet telah 
berkembang menjadi ajang komunikasi yang sangat cepat dan efektif dan sumber daya 
informasi dari mulai yang statis higga yang dinamis dan interaktif.
Internet lahir pada masa perang dingin sekitar tahun 1969 dan digunakan 
pertama kali untuk keperluan militer. Pada saat itu Departemen Pertahanan Amerika 
Serikat membangun sebuah sistem jaringan dengan menghubungkan semua komputer di 
daerah-daerah vital untuk mengatasi masalah bila terjadi serangan nuklir. Karena itu 
dibentuklah proyek bernama Arpanet yang dibuat oleh DARPA (Defense, Advanced 
Research Project Agency), suatu bagian dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat 
berkerja-sama dengan beberapa universitas dan research facilities. Arpanet pada awalnya 
sangat kecil dan hanya menghubungkan 3 unit komputer di California dan sebuah 
komputer di Utah. Tidak lama kemudian proyek ini berkembang di seluruh daerah dan semua universitas di negara tersebut ingin bergabung sehingga membuat Arpanet kesulita 
untuk mengaturnya. Oleh sebab itu Arpanet dibagi menjadi 2, yaitu Milnet untuk 
keperluan Militer dan Apanet baru yang lebih kecil untuk keperluan non-militer seperti 
universitas. Gabungan kedua jaringan ini akhirnya diberi nama DARPA Internet yang 
kemudian disederhabakan menjadi internet saja.
Internet mulai komersial dan berkembang pesat sejak tahun 1990. di Indonesia 
sendiri internet mulai dikenal luas sejak tahun 1995. sebelumnya internet sudah dikenal di 
kalangan akademik dan pusat-puast riset. Layanan internet terbuka sejak 
Indointernetberdiri sebagai penyedia layanan internet pertama di Indonesia. Kesuksesan 
Indointernet ini kemudian diikuti dengan munculnya  Internet Service Provider  lainnya 
yang kini semakin menjamur.
Ada 3 karakteristik atau potensi internet yang dapat dimanfaatkan dalam 
kehidupan sehari-hari, yaitu :
a). Sebagai alat komunikasi yang berkerja sangat cepat
b). Sebagai alat pengkases informasi.
c). Sebagai alat pendidikan/pembelajaran.